βTeteh jones single, gak punya pacar?β kurang lebih begitulah setiap kali ada teman atau kerabat yang bertanya. Apalagi jika di moment kumpul keluarga besar dari kedua orangtua, pasti ada saja yang bertanya βMana atuh si aa nya gak dibawa?β, βKe orang mana sekarang?β dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang ditanyakan dari kalangan tua bahkan sampe bocah-bocah cilik. Alakma, padahal aku ini masih unyu-unyu muda to?. π¦
βHello sist, hari gini gak pacaran, apa kata dunia?β *tepok jidat*
Lalu apa jawabannya jika kita ditanya seperti itu?
βHello sist, hari gini masih pacaran, apa kata akhirat?β *elusdada*
βMaaf ya Om, Tante, Kakek, Nenek,Bibi,Mamang,Teteh,Aa dan adek-adek sekalian. Pacaran itu buang – buang waktu percuma, dan GAK BOLEH, gerbangnya Zina. Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang burukβ
Itulah jawaban saya, dalam hati. π
Jika mendapatkan pertanyaan seperti itu, senyumin aja dan katakan doβain aja, calon saya sedang menempuh perjalanan jauh sambil memantaskan diri. π
Tak mudah memang menjelaskan, memberi pengertian tentang sebuah prinsip untuk tidak lagi pacaran sebelum menikah. Banyak yang meragukan, dan tidak sedikit yang bilang bahwa jalan yang insyaaAllah akan saya pilih untuk taaruf itu bagaikan membeli kucing dalam karung. Iya gitu? Bukannya pacaran yang lebih kayak beli kucing dalam karung?
Bagaimana mungkin kamu bisa menikah dengan seseorang yang baru saja kamu temui. Dengan orang yang bahkan baru kau tahu namanya. Bagaimana mungkin menikah tanpa pacaran, dimana didalamnya kamu akan mengenali siapa dia dan bagaimana sifatnya. Itulah yang kebanyakan orang utarakan ketika saya menyatakan untuk tidak lagi pacaran. Yakin nih kalau si doi menunjukan sikap dan sifat aslinya? Bukankah kalau orang pacaran hanya menampakkan yang baik-baik saja dan berusaha menutupi sifat buruknya?
Begitupun jika saya bercerita dengan Mama. Awalnya Mama pun meragukan dengan apa itu taaruf, apalagi keluarga saya, namun lambat laun Mama mulai menunjukan bahwa beliau mulai satu pandangan dengan anak bungsunya ini. Bahkan kabarnya Bapak sedikit bangga dengan sibungsu yang memilih untuk tidak lagi pacaran disaat yang lain begitu bangganya bisa gonta ganti pacar. Thanks Dad π
Ketika orang lain mengatakan bahwa pacaran itu satu-satunya jalan untuk mengenal, bagi saya tidak demikian. Banyak jalan lain yang insyaaAllah lebih Allah ridhoi.
Ketika oranglain mengatakan rugi tidak pacaran karena saya melewatkan kebahagiaan masa muda saya. Bagi saya tidak demikian. Saya pernah pacaran dulu, dan sanya menyesal karena membuang waktu percuma.
Tidak akan kita dapati sebuah kebahagiaan dalam jalan kemaksiatan, karena kebahagiaan sejati hanya ada dalam jalan ketaatan.
Lalu, bagaimana jika kita tidak pacaran namun dekat untuk saling mengenal satu sama lain?
Jika saling mengenal itu hanya dalam hitungan bulan menuju pernikahan, maka tidak ada salahnya saling mengenal namun tentunya ada batasan dan ada aturan dalam permainanya. Tidak bisa seenak kita, semau gue. Bukan dengan cara komunikasi berlebih, berduaan,jalan bareng,makan bareng, telponan,sms-an, whatsapp-an, dan komunikasi lewat media apapun yang caranya tidak jauh berbeda bahkan sama saja seperti orang pacaran.
Tapi, kita kan jauhan karena beda pulau, gak apa-apa mereun kalo telponan buat sekedar tanya kabar?
Jika aktivitasnya sama kayak pacaran, gak ada bedanya Mas Bro ! Kalau kata Ustadz Felix, mau beda pulau, beda negara, beda alam tetep aja yang namanya interaksi laki-laki dan perempuan itu ada batasannya. Dosa ya tetap saja dosa, tidak dipengaruhi jarak,waktu dan keadaan.
Daripada kita habiskan waktu bertahun-tahun untuk saling mengenal, padahal itu tidak menjamin apa-apa kecuali peluang untuk melakukan dosa, lebih baik kita membangun kesiapan untuk menerima. Sehingga siapa pun yang kelak menjadi teman kita dalam membina rumah tangga, apakah kita sudah begitu mengenalnya atau baru sekadar tahu nama, ia akan bahagia karena kesediaan kita menerima ketidaksempurnaanya. Bahwa di dalam diri kita ada jiwa yang begitu lapang, yang siap menampung berbagai cerita, mimpi, amarah, keluh, kesah, luka dan air mata. (Azhar Nurun Ala)
Karena berlama lama mengenal bukan jaminan kalian akan hidup bersama. Begitupun dengan sebuah pertemuan dan perkenalan singkat, tidak berarti ‘cinta sesaat’ yang akan berujung pada kebersamaan yg singkat. Bukankah saling mengenal dan memahami selepas halal itu jauh lebih nikmat? *katanya* π
So, buat kita yang mulai tergoda dan goyah. Jangan deh, jangan sedikit pun tergoda sama yang namanya pacaran. Dosanya iya, jodohnya belum tentu. Jadilah jomblo yang bermartabat dengan terus menerus berusaha taat. Jangan tergiur dengan nikmat sesaat yang ditawarkan pacaran. Lebih baik terus memperbaiki diri, menambah ilmu. Jangan galau melulu perkara virus merah jambu. Banyak hal lain yang masih harus dibenahi, dan lebih layak untuk dipikirkan.
Dan bagi yang terlanjur sudah pernah pacaran. (Termasuk si aku π) .Tidak apa. Semua orang pernah berbuat kesalahan. Mari memperbaiki kesalahan yang telah lalu. Menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Setidaknya lebih baik dari diri kita yang sebelumnya.